Rasulullah Ibrahim: Sosok Penghuni Surga Tanpa Hisab dan Tanpa Azab
[lwptoc]
Bismillah wal-hamdulillah wash-shalatu was-salamu ‘ala Rasulillah. Amma ba’du,
Keutamaan Rasulullah Ibrahim ‘alaihis salam
Sosok Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, atau lebih tepatnya Rasulullah Ibrahim ‘alaihis salam, adalah sosok yang Allah Ta’ala perintahkan kepada Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mengikuti agamanya, yaitu perintah mengikuti ajaran syariat Rasulullah Ibrahim ‘alaihis salam yang tidak dihapus dalam Islam.
Allah Ta’ala berfirman,
ثُمَّ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ اَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ اِبْرٰهِيْمَ حَنِيْفًا ۗوَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
“Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), “Ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan dia bukanlah termasuk orang musyrik.” (QS. An-Nahl: 123)
Hal ini suatu hal yang wajar, karena Rasulullah Ibrahim ‘alaihis salam memiliki banyak keutamaan, seperti:
Pertama, Nabi Ibrahim ‘alaihis salam itu Imamul Hunafa’ (Ahlit Tauhid),
Kedua, beliau termasuk Ulul ‘Azmi minar Rusul (Para rasul pemilik kekuatan dan ketegaran yang sangat kokoh ‘alaihimush shalatu was salamu, jumlah mereka hanya 5 rasul berdasarkan surah Al-Ahzab ayat 7),
Ketiga, Khalilullah (Salah satu dari dua rasul yang paling dicintai Allah, berdasarkan surah An-Nisa’ ayat 125 dan hadis Muslim),
Keempat, dan terkumpul pada diri beliau sifat-sifat kesempurnaan manusia berdasarkan surah An-Nahl ayat 120, sehingga beliau ‘alaihis salam sosok yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab.
Tentunya, derajat beliau tetap di bawah Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, karena Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah utusan Allah yang paling mulia berdasarkan hadis riwayat Imam Muslim rahimahullah dan ijma’ ulama.
Namun, karena Nabi Ibrahim ‘alaihis salam lebih dahulu menjadi utusan Allah yang terkumpul padanya seluruh sifat-sifat sempurna dan dalam rangka menjaga ajaran Allah Ta’ala yang sebelumnya, sehingga pantas Allah Ta’ala perintahkan Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam mengikuti agamanya.
Rasulullah Ibrahim ‘alaihis salam adalah sosok yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab
Di dalam Kitab Tauhid, karya Syekh Muhammad At-Tamimi rahimahullah, Rasulullah Ibrahim ‘alaihis salam disebutkan sebagai figur contoh dalam bab “Barangsiapa yang merealisasikan tauhid dengan sempurna, maka akan masuk surga tanpa hisab tanpa azab.” Ini menunjukkan bahwa Rasulullah Ibrahim ‘alaihis salam adalah sosok yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab, karena terkumpul padanya semua sifat-sifat kesempurnaan manusia sebagaimana disebutkan dalam surah An-Nahl ayat 120.
Inilah empat sifat yang ada pada diri Rasulullah Ibrahim ‘alaihis salam sehingga beliau ‘alaihis salam masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab
Allah Ta’ala berfirman dalam surah An-Nahl ayat 120,
اِنَّ اِبْرٰهِيْمَ كَانَ اُمَّةً قَانِتًا لِّلّٰهِ حَنِيْفًاۗ وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَۙ
“Sesungguhnya Rasulullah Ibrahim adalah seorang imam yang dijadikan teladan lagi selalu taat kepada Allah dan lurus di atas Tauhid (hanif), dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” (QS. An-Nahl: 120)
Makna global ayat ini:
Allah Ta’ala mengabarkan kepada kita dalam ayat ini bahwa Rasul-Nya Ibrahim ‘alaihis salam adalah imam teladan dalam beragama, pengajar kebaikan, senantiasa taat kepada Allah, lurus di atas tauhid, berpaling dari kesyirikan dengan ucapan, perbuatan, keyakinan, maupun secara fisiknya. Beliau ‘alaihis salam tidak berada dalam barisan musyrikin. Sifat-sifat inilah yang menyebabkan Rasulullah Ibrahim ‘alaihis salam dengan taufik Allah meraih puncak perealisasian tauhid dengan sempurna yang pahalanya adalah masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab. Dan Allah Ta’ala telah memerintahkan kita untuk meneladani Rasulullah Ibrahim ‘alaihis salam dalam surah Al-Mumtahanah ayat 4,
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِيْٓ اِبْرٰهِيْمَ وَالَّذِيْنَ مَعَه
“Sungguh, telah ada suri teladan yang baik bagi kalian pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya,” (QS. Al-Mumtahanah: 4)
Penjelasan sifat pertama: Ummah (teladan)
Allah Ta’ala berfirman,
اِنَّ اِبْرٰهِيْمَ كَانَ اُمَّةً
“Sesungguhnya Rasulullah Ibrahim adalah seorang imam yang dijadikan teladan.”
Allah sebut Rasulullah Ibrahim ‘alaihis salam sebagai “Ummah”, yaitu imam teladan dalam kebaikan dan pengajar kebaikan. Dan tidaklah Rasulullah Ibrahim ‘alaihis salam disebut sebagai “imam teladan kebaikan”, kecuali terkumpul padanya tiga perkara ini padanya:
Pertama, seluruh sifat sempurna manusia.
Kedua, kesempurnaan iman wajib.
Ketiga, kesempurnaan iman mustahab/sunnah.
Penjelasan sifat kedua: Qanit lillah (senantiasa taat kepada Allah)
Allah Ta’ala berfirman,
قَانِتًا لِّلّٰه
“Selalu taat kepada Allah.”
Allah sebut Rasulullah Ibrahim ‘alaihis salam sebagai “qanit lillah”, orang selalu taat kepada Allah, khusyuk, dan terus menerus beribadah kepada Allah semata.
Tidaklah Rasulullah Ibrahim ‘alaihis salam disebut sebagai “selalu taat kepada Allah”, kecuali terdapat hal-hal berikut padanya:
Pertama, amalan wajib dan sunah, serta meninggalkan keharaman dan kemakruhan.
Kedua, kesempurnaan iman wajib.
Ketiga, kesempurnaan iman mustahab/sunnah.
Penjelasan sifat ketiga: Hanif (lurus di atas tauhid)
Allah Ta’ala berfirman,
حَنِيْفًا
“lurus di atas tauhid (hanif).”
Allah Ta’ala sebut Rasulullah Ibrahim ‘alaihis salam sebagai orang yang hanif, yaitu lurus di atas tauhid. Asal makna hanif adalah melenceng/berpaling, yaitu berpaling dari jalan musyrikin. Adapun jalan musyrikin adalah syirik, bid’ah, dan maksiat, sehingga hanif itu berpaling dari jalan musyrikin dalam bentuk:
Pertama, bersih dari syirik dan setingkatnya.
Kedua, bersih dari bid’ah.
Ketiga, bersih dari kemaksiatan.
Dengan demikian, Rasulullah Ibrahim ‘alaihis salam adalah sosok yang hanif, yaitu lurus di atas tauhid, dengan berpaling dari jalan musyrikin, yaitu bersih dari syirik, bid’ah, dan maksiat.
Jika diperhatikan makna hanif dan qanit lillah ini, maka hakikatnya kedua sifat tersebut adalah dua sifat yang saling mengharuskan, bahwa setiap yang hanif pasti qanit lillah dan demikian pula sebaliknya.
Penjelasan sifat keempat: Tidak melakukan kesyirikan dan tidak berada dalam barisan musyrikin
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
“Dia bukanlah termasuk dalam orang-orang yang mempersekutukan (Allah).”
Allah Ta’ala sebut Rasulullah Ibrahim ‘alaihis salam sebagai yang tidak mempersekutukan Allah. Ini menunjukkan bahwa beliau ‘alaihis salam:
Pertama, tidak melakukan kesyirikan dengan segala macamnya.
Kedua, menghindari syirik besar, kecil, nampak, dan tersembunyi.
Ketiga, tidak berada dalam barisan musyrikin dan tidak memperkuat barisan mereka secara fisik.
Faedah:
Barangsiapa yang ingin masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab, maka contohlah Rasulullah Ibrahim ‘alaihis salam. Mari kita berusaha menjadi imam teladan dalam beragama dan kebaikan, mengajarkan kebaikan, senantiasa taat kepada Allah, lurus di atas tauhid, berpaling dari kesyirikan dengan ucapan, perbuatan, keyakinan, maupun secara fisiknya, bersih dari syirik, bid’ah dan maksiat, dan tidak berada dalam barisan musyrikin serta tidak memperkuat barisan mereka secara fisik! Wallahu Ta’ala a’lam.
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ
Baca juga: Perbedaan Nabi dan Rasul
***
Penulis: Sa’id Abu Ukkasyah
Artikel asli: https://muslim.or.id/81073-rasulullah-ibrahim-sosok-penghuni-surga-tanpa-hisab-dan-tanpa-azab.html